Saat melewati hari demi hari dengan ceritanya yang beraneka makna, dan saat berada di puncak kejenuhan, menghabiskan waktu membuat berfikir dengan jernih. Rasa takut dan cemas menghantui, entah untuk apa rasa itu. Rasa penuh kekurangan dan kelemahan, tak mampu bergerak, hilang percaya diri. Rasa yang membuat hati dan wajah meredup. Tatkala dunia menyuguhkan jalan yang mengambil alih dengan kebebasan, atau mengambil alih menjadi milik sendiri, kompilasi itu ada perasaan menyesal yang menyelimuti fikiranku.
Aku yang ada apa ini pasti di bayangi hal-hal yang tak pasti. Ada rasa yang tak teguh di dalam diri Anda. Murung dan tak bersemangat. Untuk melewati masa yang penuh lika-liku ini dikembalikan tak ada rasa guyah yang perlu dihantui. Mengusirnya jauh pergi, tak sudi memberikan tempat di hati.
Jiwa yang lemah dan berlumur dosa ini, selalu meminta izin jalan yang benar. Ia terlalu mudah digoyahkan dengan sedikit guncangan yang merobek ke dalam prinsipnya. Melihat respon yang terlalu menyudutkannya.
Namun ku harus yakin segala sesuatu insya Allah akan menuai hasil dan hikmah. Dengan segala keterbatasan, kekurangan dan kekhilafan yang jauh-olah menyirnakan segenap kelebihannya, yang cukup meningkat menekur ke tanah setiap hari, langkah-langkah harus tetap berjejak, hanya setitik debu. Ia tak akan sia-sia selama ia yakin akan membuat Tuhannya tersenyum. Itu cukup membuatku tenang.
Temukan aku rumah, tempat penuh kebahagiaan dan bagaikan pemulihan baterai jiwa dan fikiran. Terlalu jenuh itu juga tidak baik, namun tetap harus melewatinya dengan baik, sebaik-baiknya yang aku bisa. Aku tak ingin kehilangan semangatku.
Ya Allah teguhkanlah pendirianku. Aku harus kuat bagai ombak di laut, dan harus teguh bagai bebatuan di tepi pantai.
MT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar